Pasar Tradisional di Pringsewu Terkikis Teknologi, Pedagang Keluhkan Penurunan Omzet

Lintas Media Pringsewu – Kemajuan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam perilaku konsumen, menggeser preferensi belanja dari pasar tradisional ke platform digital dan e-commerce. Perubahan ini berdampak besar pada pedagang tradisional di Kabupaten Pringsewu, yang mengalami penurunan omzet akibat peralihan konsumen ke belanja daring.

Pasar tradisional, yang dulunya menjadi pusat kegiatan ekonomi lokal, kini menghadapi tantangan berat akibat kemajuan teknologi. Konsumen lebih memilih berbelanja daring karena kemudahan, kecepatan, dan pilihan yang lebih beragam. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah pengunjung dan omzet pedagang di pasar tradisional.

Muslimah, seorang pedagang di Pekon Sumber Bandung, mengungkapkan bahwa daya beli masyarakat sangat lemah. Ia telah berjualan sejak tahun 2005 dan merasakan betul perubahan yang terjadi. Dulu, dengan harga bakso mie ayam Rp1.500 per mangkok, ia bisa mendapatkan omzet Rp500 ribu hingga Rp600 ribu per pasaran. Sekarang, dengan harga Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per mangkok, omzetnya hanya sekitar Rp500 ribu.

Faktor-faktor Penyebab Penurunan Omzet:

Penurunan omzet pedagang pasar tradisional disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Pandemi COVID-19: Pandemi COVID-19 mendorong masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan beralih ke belanja daring.
  • Belanja Daring: Kemudahan dan kepraktisan belanja daring membuat konsumen lebih memilih berbelanja dari rumah.
  • Bakso Kemasan: Munculnya bakso kemasan yang dijual secara daring semakin mengurangi minat konsumen untuk membeli bakso di pasar tradisional.

Untuk mengatasi tantangan ini, pedagang pasar tradisional perlu beradaptasi dengan teknologi dan menerapkan strategi “hybrid market”. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menyediakan Penjualan Daring dan Fisik: Pedagang dapat memanfaatkan platform e-commerce atau media sosial untuk menjual produk mereka secara daring.
  • Menerima Pembayaran Non-Tunai: Menerima pembayaran non-tunai akan memudahkan konsumen dan meningkatkan daya saing pasar tradisional.
  • Meningkatkan Promosi Melalui Media Sosial: Mempromosikan produk dan pasar tradisional melalui media sosial dapat menarik lebih banyak konsumen.

Kemajuan teknologi memang mengikis pasar tradisional, tetapi bukan berarti pasar tradisional tidak dapat bertahan dan berkembang. Dengan adaptasi yang tepat dan strategi yang inovatif, pasar tradisional dapat tetap menjadi bagian penting dari perekonomian lokal dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
(Yeri S)